Cara menemukan Tuhan

The Secret of Kapitayan – Dalam melakukan perjalanan spiritual sebenarnya akan banyak bermunculan pertanyaan-pertanyaan, yang salah satunya adalah bagaimana cara menemukan Tuhan seperti yang telah kita bahas di artikel sebelumnya, dan kemudian ada juga pertanyaan lain yang sering muncul yaitu bagaimana dengan nur Muhammad atau orang zaman sekarang menyebutnya dengan istilah big bang?

Seperti yang telah dijelaskan mengenai falsafah ketuhanan Kapitayan, bahwa Tuhan Kapitayan adalah Tan Kena Kinaya Ngapa, tidak bisa dijelaskan dalam suatu bentuk apapun.

Lha terus, Tuhan yang dikisahkan duduk di Arsy langit sap 7 itu Tuhan yang bagaimana?

Ini yang oleh Kapitayan disebut sebagai TUHAN UNIVERSAL, SANG MAHA CAHAYA, yang merupkan sumber dari segala cahaya, yang TAK BERAWAL dan TAK BERAKHIR.
Manungsa kuwi mung wewayange/ayang-ayang-e –manusia itu hanyalah bayang-bayangnya– , yang artinya Ibarat TUHAN UNIVERSAL tersebut adalah matahari, maka setiap jiwa adalah WADAH BERISI AIR, yang di dalam air tersebut kita bisa melihat bayangan matahari.
Jika bayangan mataharinya saja ada, berarti sudah pasti mataharinya juga ada.

Kita dan semesta adalah ayang-ayange GUSTI ALLAH.
Jika dijabarkan lebih lanjut;

Di dalam wadah air ada bayangan matahari yang artinya jia Tuhan diliputi dan dijiwai oleh wujud kita dan setiap wujud di semesta.

Wadah dan air disinari matahari yang artinya Tuhan meliputi dan menjiwai setiap wujud kita dan semesta. Inilah yang disebut sebagai NUR MUHAMMAD.

Muhammad adalah bayangan dari Tuhannya, dan setiap jiwa terdapat Nur Muhammadnya.
Tetapi Nur Muhammad ini bukanlah Tuhan, karena Nur Muhammad hanyalah bayangan Tuhan.

Jadi…
Jika sebenarnya ada manusia yang mengaku dirinya adalah Tuhan, maka sudah dipastikan jika manusia tersebut dolane kurang adoh alias kurang piknik.

Karena setiap jiwa manusia itu adalah jalan menuju Tuhan.
Sekali lagi yang perlu diingat adalah jalan menuju ke Surabaya itu BUKAN Surabaya.

Anane –adanya– nabi, rasul, avatar, mesias, Budha dan lain-lain adalah menunjukkan jalan menuju Tuhan, nduduhke dalan menuju Tuhan.
Nabi dan rasil adalah jalan kebenaran dan hidup, karena mereka telah HIDUP DALAM TUHAN DAN BERSAMA TUHAN.

Falsafah Ketuhanan dalam Kapitayan

Falsafah Ketuhanan dalam Kapitayan dapat dijelaskan sebagai Curiga Manjing Warangka, Warangka Manjing Curiga.

Arti Curiga Manjing Warangka, Warangka Manjing Curiga adalah setiap manusia bisa BERKESADARAN KETUHANAN, manakala manusia tersebut bisa MERASAKAN, MENYADARI, MEMAHAMI, MENJALANKAN dan MAMPU MELIHAT WUJUD TUHAN DI SEMUA KEBERADAAN.

Pentingnya Pengendalian Diri Agar Tidak Mengalami Trance

Manusia-manusia yang sedang masuk KESADARAN KETUHANAN terkadang sudah tak mampu lagi mengendalikan dirinya karena sedang mengalami trance/mabok berat dan akhirnya mereka mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan.

Lalu apakah ini salah?
Tidak salah, tetapi alangkah baiknya jika jadilah tetap sadar, supaya jiwa dan tubuh kita tetap terkendali.

Namun, mereka yang belajar pengetahuan nusantara yang disebut Kapitayan ini tidak akan pernah mengalami trance tersebut, karena di dalam Kapitayan telah diajarkan pengendalian diri sejak awal. Dadi ora nganti kedanan Tuhan (Jadi tidak sampai trance).
Pernah dengar sejarah orang nusantara dengan pengetahuan murni nusantara mengaku dirinya Tuhan?

Jika ada pengetahuan Ketuhanan yang dibawa dari belahan bumi di luar bhumi nusantara yang membuat para pengikutnya mengalami perasaan telah jadi Tuhan dan ngomong kalau dia adalah Tuhan, ya harap dimaklumi saja, jangan dimarahi, karena mereka masih belajar, jadi wajar kalau sedikit salah.

Itulah kenapa pengetahaun Ketuhanan Nusantara dianggap lebih tua dari pengetahuan Ketuhanan dari luar Nusantara.
Karena pengendalian diri tentang spiritualitas Ketuhanan diajarkan dan dilatihkan secara masive oleh nenek moyang bangsa Nusantara.
Anda dan saya harusnya bangga dengan pengetahuan Nusantara yang disebut Kapitayan ini.

Kalau sudah kenal pengetahuan ini, maka mereka-mereka yang sering kesurupan Tuhan, mereka yang senang bicara dengan ygang katanya gaib-gaib, mereka yang masih memuja demit-demit harusnya malu…

Tuhan tak terbelenggu oleh sebuah nama
Tuhan tak terpenjara dalam agama
Karena Tuhan bersemayam di dalam setiap jiwa.
Jika kita sakiti jiwa yang lain, artinya kita telah menyakiti diri kita sendiri.
Kalau prinsip ini dipegang, mereka yang Bertuhan akan lebih adem ning ora kademan…

Pengeranku tanpa asma, tanpa rupa, tanpa agama, TAN KENA KINAYA NGAPA
Karena RASAKU BUKAN RASAMAU…
Rahayu…Rahayu… Rahayu…

Jika pengetahuan ini berharga…
ANDA BOLEH SHARE kepada banyak orang, agar lebih banyak orang mendapatkan manfaatnya…

Salam blangkon

Video Pilihan: Pengasihan Yang Tidak Ada Penangkalnya dari KAPITAYAN